Minggu, 03 Februari 2008

Guru,antara harapan dan kenyataan

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,sebuah slogan yang indah dalam pendengaran. Apakah dalam kehidupan nyata juga demikian?Pertanyaan ini terasa sulit untuk dijawab dengan jujur.Jika bertujuan untuk mencari kehidupan yang abadi di akhir kelak, pekerjaan sebagai guru memang membuat kita gemar menabung amal untuk dibawa ke akhirat, tapi bagaimana dengan kehidupan yang harus dijalani sekarang?Rasanya berat menghadapi hidup hanya dengan bermodalkan ucapan terimakasih dari orang lain.
Guru adalah sebuah profesi yang seharusnya diperebutkan banyak orang.Bagaimana tidak,
profesi guru adalah mulia,membuat anak pintar adalah bukan pekerjaan yang mudah dan berpahala,tapi karena hasil(pendapatan) yang diperoleh dari pekerjaan itu tidaklah sebanding dengan apa yang telah dilakukan,apalagi si guru sudah banyak mengeluarkan biaya untuk kuliah,eh...ketika hak mengajar sudah dikantongi ternyata hasil(pendapatan) yang diperoleh jauh dari yang diharapkan.Sementara,pendapatan untuk profesi lain jauh lebih menggiurkan.Karena melihat kehidupan gurunya tidak berubah menjadi lebih baik,pastilah si murid takut untuk menjadi seorang guru.Padahal bukan tidak mungkin didalam hati si murid berharap ingin menjadi guru yang ideal tapi karena kenyataannya tidak ada kepastian untuk penghasilan seorang guru, maka surutlah niat murid-murid yang ingin menjadi seorang guru.Akan putuskah regenerasi guru ?
Janji yang sering terdengar dari pemerintah memang indah tapi bagaikan pungguk merindukan bulan.Banyaknya syarat-syarat yang harus dipenuhi ditambah dengan isu-isu yang diantaranya adalah lebih dipentingkannya guru-guru yang telah memiliki NIP,maka turunlah semangat berharap dari guru-guru non PNS.Akan semakin besarlah kecemburuan guru non PNS terhadap guru PNS.Sementara mereka sama-sama menyandang gelar guru.Dapatkah mereka memiliki kenyataan indah yang sama ?

Tidak ada komentar: