Rabu, 06 Februari 2008

Pengalaman Hidup

Kerasnya roda kehidupan duniawi membuat semua orang harus berpikir keras bagaimana caranya berjuang memenangkan tiket keberhasilan.Jika orang lain dengan profesi dokter dapat memperoleh hidup yang layak lalu bagaimana dengan orang dengan profesi guru?
Seorang guru di kota besar seperti Medan,tidak bisa memperoleh hidup yang layak hanya dengan penghasilan Rp.500.000 perbulannya.Seorang guru sebagai kepala keluarga dengan 2 orang anak yang dimilikinya dimana anak pertamanya sudah duduk di bangku kelas 1 SD pada sebuah sekolah dasar negeri,ternyata tidak mampu memberikan hidup yang layak baik dalam kebutuhan pangan maupun sandang bagi anak-anak dan istrinya.
Mereka tinggal disebuah rumah kontrakan yang kecil ditengah-tengah lingkungan yang kumuh.Setiap hari si guru pergi kesekolah dengan mengendarai sepeda sambil membonceng anaknya yang pertama.Setelah si anak diantar kesekolah, lalu diapun menuju sekolah tempatnya bertugas.Dia mengajar disalah satu sekolah dasar swasta di Medan,tepatnya di daerah Simalingkar.Dia adalah seorang guru kelas pada kelas 1.Semua orang tahu,mengajar siswa kelas 1 bukanlah pekerjaan yang ringan.Karena itulah awal anak belajar membaca dan menulis.Lalu dengan keadaannya yang seperti itu,bagaimana dia dapat berpikir tenang ketika mengajar sementara dikepalanya penuh dengan pikiran bagaimana membayar uang listrik,air,makan,pakaian,buku dan jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit, bagaimana membeli obatnya ?Jika ada orang yang mengatakan"kenapa tidak mencari kerja sampingan dengan memberikan les?".Pertanyaan itu selalu dijawabnya dengan senyum.
Banyak orang tidak mengerti bagaimana pekerjaan seorang guru.Kalau hanya mengajar saja,pasti enak sekali profesi guru itu.Tapi,guru juga punya tanggung jawab moral atas keadaan perkembangan si murid.Tak mungkin pekerjaan murid dibiarkan begitu saja.Setiap pekerjaaan murid harus diperiksa,diberi nilai,dicatat perkembangannya supaya nampak murid yang mana yang masih perlu banyak bantuan dan mana yang sudah menunjukkan prestasi.Pekerjaan itu dilakukan setiap hari dan tidak bisa selesai hanya dengan satu jam saja.Dia juga berusaha menjaga image dirinya agar orang tidak menilai dirinya sebagai guru gampangan,gampang dibayar gampang dapat nilai.Namun dibaliknya idealismenya,dia juga sedih mengapa tidak ada yang memperhatikan nasib guru non PNS.Guru itu pernah berpikir untuk menyampaikan isi hatinya kepada yayasan sebagai pemilik sekolah,tapi niatnya itu kandas lantaran beberapa orang rekan kerjanya terdahulu terpaksa meninggalkan sekolah tersebut gara-gara yayasan tersinggung dan marah jika disinggung masalah gaji,sehingga akhirnya beberapa orang guru tersebut diberhentikan dari sekolah tersebut.Karena tidak ingin hidupnya makin susah maka si guru itu tidak jadi menyampaikan isi hatinya kepada yayasan.Sementara untuk menyampaikan kepada kepala sekolah,si guru juga enggan karena sikap kepala sekolah sama dengan sikap yayasan.
Maka untuk mengatasi kesulitan hidupnya,si istri mengambil pekerjaan cuci gosok pada sebuah rumah tangga yang cukup kaya.Si guru itu sendiri mengambil sampingan kerja dengan cara mengumpulkan barang-barang bekas seperti kertas,koran atau botol plastik bekas yang dijualnya kepada orang lain(penadah).
Si guru selalu berpesan kepada anak-anaknya"baik-baiklah kalian belajar dan sekolah supaya kelak hidup kalian lebih baik dan bahagia.Jangan seperti sekarang."

Tidak ada komentar: