Jumat, 08 Februari 2008

GURU PROFESIONAL


Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebab kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.

Proses mendampingi peserta didik adalah proses belajar. Karena sekolah merupakan medan belajar, baik guru maupun peserta didik terpanggil untuk belajar. Guru terpanggil untuk bersedia belajar bagaimana mendampingi atau mengajar dengan baik dan menyenangkan; peserta didik terpanggil untuk menemukan cara belajar yang tepat.

Medan belajar adalah medan yang menyenangkan, bukan menyiksa apalagi mengancam. Oleh karena itu, yang harus terlibat dalam medan belajar adalah hati atau lebih daripada budi. Jadi perkara belajar adalah perkara hati dan budi; memberikan penekanan pada peran budi semata- mata seperti yang lazim terjadi pada saat ini akan merintangi kemajuan pendidikan.

Menjadi guru bukan sebuah proses yang yang hanya dapat dilalui, diselesaikan, dan ditentukan melalui uji kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru menyangkut perkara hati, mengajar adalah profesi hati. Hati harus banyak berperan atau lebih daripada budi. Oleh karena itu, pengolahan hati harus mendapatkan perhatian yang cukup, yaitu pemurnian hati atau motivasi untuk menjadi guru.
Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar tak mungkin kerasan dan bangga jadi guru. Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang profesional.

KRITERIA GURU IDAMAN

Ada beberapa kriteria menjadi guru idaman yang ideal, yaitu :

1. Berpenampilan rapi. Karena guru menjadi pusat perhatian anak didiknya maka dia harus berpenampilan menarik dan rapi. Penampilan menarik tidak harus berpakaian yang serba mahal, tapi usahakan semuanya rapi mulai baju, celana, kerudung (yang perempuan), rambut, sepatu dan sebagainya. Contoh : apabila sepatu kita kekecilan akan mengganggu selama mengajar kita.

2. Bisa mengatur suara. Guru harus mengatur suaranya agar tidak terlalu keras maupun terlalu pelan. Suara guru yang melengking keras akan mengganggu anak didik kita, begitu pula sebaliknya apabila suara kita terlalu pelan maka materi kita tidak akan dapat diterima dengan baik.

3. Ekspresi wajah. Kita harus pandai mengatur ekspresi wajah kita. Jangan sampai masalah yang ada di rumah terbawa ke sekolah, terutama kesedihan. Ekspresi wajah yang ceria, tegas, atau marah harus ditempatkan pada waktu yang tepat. Guru yang terlalu banyak cengengesan juga tidak akan disegani anak didiknya.

4. Siap Bahan ajar. Sebelum berangkat ke sekolah kita harus sudah benar-benar siap dengan materi yang akan kita sampaikan. Jangan sampai ketika sudah didepan kelas kita baru mulai berfikir apa yang akan kita sampaikan. Jangan thinguk-thinguk didepan kelas sehingga jadi bahan tertawaan anak didik kita.

5. Mengajar secara total. Pemberian materi yang setengah-setengah hasilnya tidak akan maksimal. Apalagi kalau hati kita tidak sedang berada dalam ruangan/tempat tersebut. Yang terjadi adalah kasihan terhadap anak-anak. Untuk itu selain harus total juga harus memakai hati dalam mengajar.

6. Masuk ke dunia anak.Dijenjang manapun mengajar kita harus tahu dunia anak didik kita. Misalnya kita mendidik anak usia pra sekolah maka kita harus tahu bahwa dunia anak seumur itu adalah bermain. dsb.

7. Dekat dengan orang tua murid. Hal ini untuk mengetahui perkembangan maupun kebiasaan anak didik dirumah, sehingga kita bisa mendiskusikan dan mencari solusi dengan orang tua. Apabila seorang guru tidak ada komunikasi dengan orang tua maka akan terputus informasi perkembangan anak antara dirumah dan disekolah.

Rabu, 06 Februari 2008

Pengalaman Hidup

Kerasnya roda kehidupan duniawi membuat semua orang harus berpikir keras bagaimana caranya berjuang memenangkan tiket keberhasilan.Jika orang lain dengan profesi dokter dapat memperoleh hidup yang layak lalu bagaimana dengan orang dengan profesi guru?
Seorang guru di kota besar seperti Medan,tidak bisa memperoleh hidup yang layak hanya dengan penghasilan Rp.500.000 perbulannya.Seorang guru sebagai kepala keluarga dengan 2 orang anak yang dimilikinya dimana anak pertamanya sudah duduk di bangku kelas 1 SD pada sebuah sekolah dasar negeri,ternyata tidak mampu memberikan hidup yang layak baik dalam kebutuhan pangan maupun sandang bagi anak-anak dan istrinya.
Mereka tinggal disebuah rumah kontrakan yang kecil ditengah-tengah lingkungan yang kumuh.Setiap hari si guru pergi kesekolah dengan mengendarai sepeda sambil membonceng anaknya yang pertama.Setelah si anak diantar kesekolah, lalu diapun menuju sekolah tempatnya bertugas.Dia mengajar disalah satu sekolah dasar swasta di Medan,tepatnya di daerah Simalingkar.Dia adalah seorang guru kelas pada kelas 1.Semua orang tahu,mengajar siswa kelas 1 bukanlah pekerjaan yang ringan.Karena itulah awal anak belajar membaca dan menulis.Lalu dengan keadaannya yang seperti itu,bagaimana dia dapat berpikir tenang ketika mengajar sementara dikepalanya penuh dengan pikiran bagaimana membayar uang listrik,air,makan,pakaian,buku dan jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit, bagaimana membeli obatnya ?Jika ada orang yang mengatakan"kenapa tidak mencari kerja sampingan dengan memberikan les?".Pertanyaan itu selalu dijawabnya dengan senyum.
Banyak orang tidak mengerti bagaimana pekerjaan seorang guru.Kalau hanya mengajar saja,pasti enak sekali profesi guru itu.Tapi,guru juga punya tanggung jawab moral atas keadaan perkembangan si murid.Tak mungkin pekerjaan murid dibiarkan begitu saja.Setiap pekerjaaan murid harus diperiksa,diberi nilai,dicatat perkembangannya supaya nampak murid yang mana yang masih perlu banyak bantuan dan mana yang sudah menunjukkan prestasi.Pekerjaan itu dilakukan setiap hari dan tidak bisa selesai hanya dengan satu jam saja.Dia juga berusaha menjaga image dirinya agar orang tidak menilai dirinya sebagai guru gampangan,gampang dibayar gampang dapat nilai.Namun dibaliknya idealismenya,dia juga sedih mengapa tidak ada yang memperhatikan nasib guru non PNS.Guru itu pernah berpikir untuk menyampaikan isi hatinya kepada yayasan sebagai pemilik sekolah,tapi niatnya itu kandas lantaran beberapa orang rekan kerjanya terdahulu terpaksa meninggalkan sekolah tersebut gara-gara yayasan tersinggung dan marah jika disinggung masalah gaji,sehingga akhirnya beberapa orang guru tersebut diberhentikan dari sekolah tersebut.Karena tidak ingin hidupnya makin susah maka si guru itu tidak jadi menyampaikan isi hatinya kepada yayasan.Sementara untuk menyampaikan kepada kepala sekolah,si guru juga enggan karena sikap kepala sekolah sama dengan sikap yayasan.
Maka untuk mengatasi kesulitan hidupnya,si istri mengambil pekerjaan cuci gosok pada sebuah rumah tangga yang cukup kaya.Si guru itu sendiri mengambil sampingan kerja dengan cara mengumpulkan barang-barang bekas seperti kertas,koran atau botol plastik bekas yang dijualnya kepada orang lain(penadah).
Si guru selalu berpesan kepada anak-anaknya"baik-baiklah kalian belajar dan sekolah supaya kelak hidup kalian lebih baik dan bahagia.Jangan seperti sekarang."

STANDAR KOMPETENSI BAHASA INGGRIS SEKOLAH DASAR

Standar Kompetensi Bahasa Inggris
Tujuan umum :
Berkomunikasi dalam bahasa Inggris dalam bentuk lisan maupun tulis secara lancar
dan akurat sesuai dengan konteks sosialnya.
Klasifikasi kompetensi:
1. Mendengarkan
Memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional, tekstual) dalam
berbagai teks lisan yang memiliki tujuan komunikatif, struktur teks,
dan linguistik tertentu.

2. Berbicara
Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan yang memiliki tujuan komunikatif, struktur
teks, dan linguistik tertentu.

3. Membaca
Memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional, tekstual) dalam
berbagai teks tulis yang memiliki tujuan komunikatif, struktur teks,
dan linguistik tertentu.


4. Menulis
Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideasional, tekstual)
dalam berbagai teks tulis yang memiliki tujuan komunikatif, struktur
teks, dan linguistik tertentu.

PUISI UNTUK GURUKU

Tiada ku tahu baca
Tiada ku tahu tulis
Tiada ku tahu hitung
Tiada ku tahu ini itu

Kau ajariku ku membaca
Kau ajariku menulis
Kau ajariku menghitung
Hingga ku tahu ini itu

Apa yang bisa kuberikan
Apa yang bisa kupersembahkan
Hanyalah sepotong kata yang mampu kuucapkan
Terimakasih kuhadiahkan

Jika ku renung dalam-dalam
Betapa berat langkahmu dulu
Disetiap tarikan nafasmu yang dalam
Walau lelah sekalipun,kau tetap mengajariku

kini, .......................
Aku bisa menjadi orang
Orang yang bisa kau banggakan
Karena kini aku juga menjadi guru

Minggu, 03 Februari 2008

Guru,antara harapan dan kenyataan

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa,sebuah slogan yang indah dalam pendengaran. Apakah dalam kehidupan nyata juga demikian?Pertanyaan ini terasa sulit untuk dijawab dengan jujur.Jika bertujuan untuk mencari kehidupan yang abadi di akhir kelak, pekerjaan sebagai guru memang membuat kita gemar menabung amal untuk dibawa ke akhirat, tapi bagaimana dengan kehidupan yang harus dijalani sekarang?Rasanya berat menghadapi hidup hanya dengan bermodalkan ucapan terimakasih dari orang lain.
Guru adalah sebuah profesi yang seharusnya diperebutkan banyak orang.Bagaimana tidak,
profesi guru adalah mulia,membuat anak pintar adalah bukan pekerjaan yang mudah dan berpahala,tapi karena hasil(pendapatan) yang diperoleh dari pekerjaan itu tidaklah sebanding dengan apa yang telah dilakukan,apalagi si guru sudah banyak mengeluarkan biaya untuk kuliah,eh...ketika hak mengajar sudah dikantongi ternyata hasil(pendapatan) yang diperoleh jauh dari yang diharapkan.Sementara,pendapatan untuk profesi lain jauh lebih menggiurkan.Karena melihat kehidupan gurunya tidak berubah menjadi lebih baik,pastilah si murid takut untuk menjadi seorang guru.Padahal bukan tidak mungkin didalam hati si murid berharap ingin menjadi guru yang ideal tapi karena kenyataannya tidak ada kepastian untuk penghasilan seorang guru, maka surutlah niat murid-murid yang ingin menjadi seorang guru.Akan putuskah regenerasi guru ?
Janji yang sering terdengar dari pemerintah memang indah tapi bagaikan pungguk merindukan bulan.Banyaknya syarat-syarat yang harus dipenuhi ditambah dengan isu-isu yang diantaranya adalah lebih dipentingkannya guru-guru yang telah memiliki NIP,maka turunlah semangat berharap dari guru-guru non PNS.Akan semakin besarlah kecemburuan guru non PNS terhadap guru PNS.Sementara mereka sama-sama menyandang gelar guru.Dapatkah mereka memiliki kenyataan indah yang sama ?